TERUSIK - TEGALSIANA

Latest

INDONESIAN ENGLISH AND JAVANESE

Wednesday

TERUSIK


Saya adalah orang yang terlahir di tahun 1971 dimana sudah mengalami berbagai hal masalah kehidupan bernegara. Dari presiden pertama Soekarno saya tidak mengalaminya yang saya tahu bahwa beliau adalah sang Proklamator. Kemudian setelah peristiwa gerakan G.30S/PKI, melalui peralihan kekuasaan maka ditunjuklah Soeharto menjadi presiden berikutnya yang dijuluki pada waktu itu sebagai bapak pembangunan, kondisi saat itu dan waktu itu saya masih sekolah SD hingga kuliah, presiden masih Soeharto karena beliau dipilih berkali-kali dan pada saat itu pemilihanya bukan secara langsung (terwakili di parlementer).
Yang saya rasakan dikala beliau masih berkuasa adalah stabilitas yang begitu terjaga, tidak ada demo, aman, harga-harga stabil dan yang saya ingat ketika 1 dollar waktu itu hanya Rp.2600 (kalau tidak salah) bahkan harga beras termahal dan terenak waktu itu hanya Rp.750. Pada masa pemerintahan rezim Soeharto selama 32 tahun apabila ada kenaikan harga (sembako) maka malamnya diadakan jumpa pers yang disiarkan secara langsung tentang harga-harga tersebut. 

Lamanya berkuasa, sebagian masyarakat mungkin ada yang jenuh dan melalui people powernya maka Soeharto kemudian lengser keprabon. Kemudian BJ Habibi BJ Habibidijadikan presiden untuk menggantikan sampai diadakanya pemilihan presiden kembali,
di masa pemerintahan BJ Habibi yang saya alami adalah kondusif-kondusif saja. Kemudian berikutnya pemilihan presiden secara langsung yang dimenangkan oleh Gusdur dan sebagai wakilnya adalah Megawati. Entah bagaimana ujung pangkalnya bahwa yang saya rasakan adalah ketika Gusdur menjabat presiden terdapat demo-demo yang saya ingat dari KAMMI.
Presiden Gusdur pada waktu disukai, disenangi oleh kaum nahdliyin, kondisi ekonomi saat ini stabil dan keamanan terjaga dengan baik, akan tetapi karena adanya demo yang luar biasa, maka beliau turun dan kemudian digantikan oleh Megawati SP, di masa pemerintahan cewek ini, pas kebetulan negara masih banyak utangnya yang akhirnya dua kapal tangker dijual, serta Indosat (entah alasannya apa, maklumlah cewek, yang sulit untuk mengambil sikap dan penuh perasaan), dibenaknya hanya ingin menjadi presiden, ternyata menjadi
presiden itu memang sulit dan mumet. Kemudian setelah presiden cewek. Barulah masa keemasan di zaman Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) beliau adalah seorang militer, dua kali menjabat sebagai presiden, terpilihnya beliau karena saya sendiri suka saja, lebih baik memilih presiden yang cowok, jangan yang cewek (untuk menghapus trauma saja, apabila kepala negara kita seorang cewek) maka beginilah jadinya. 


Dua periode menjabat sebagai kepala negara (SBY) tentu akan mengalami hal yang sama seperti pendahulunya yaitu demonstrasi, maksud dan tujuannya apa yah kenapa selalu ada demo (masyarakat Indonesia maunya apa sih), sampai sekarang sering melakukan maneuver kecurigaan dan dihubung-hubungkan. Pada masa SBY yang saya rasakan adalah tidak ada kondisi yang mendadak takut, curiga dan mencurigai (tidak tahu dari kubu mereka yang kontra dengan SBY), yang penting dan saya rasakan adalah ketenangan, dan saya sendiri sepertinya cuek dengan masa-masa pemerintahan sebelum pemerintahan setelah SBY. Waktu berlalu, dua periode SBY menjadi kepala negara. Kemudian diselenggarakanlah pemilihan berikutnya secara langsung. Ada dua pilihan pada waktu itu, ada kubu Prabowo dan Jokowi, yang kemudian dimenangkan oleh Jokowi asuhan PDIP. 

Sedikit cerita tentang Jokowi, dulunya beliau adalah walikota Solo yang secara tiba-tiba diangkut dan diangkat untuk menjadi Gubernur DKI pada saat itu wakilnya adalah Ahok (penista agama). Selang beberapa tahun kemudian, eh tiba-tiba pak Jokowi diangkat oleh Megawati untuk dicalonkan menjadi Presiden yang berpasangan dengan Jusuf Kalla. Kala itu, berkat perjuangan yang begitu curang, petugas partai tersebut menjadi Presiden sampai sekarang ini, dan bekas pangkat gubernurnya dijalankan oleh Ahok sampai sekarang. Awalnya masyarakat se-Indonesia sangat greng dengan mereka berdua. Karena dengan simbol dan prinsip Kerja-Kerja-Kerja (K3) telah menghipnotis warganegara, belum mengetahui siapa mereka berdua. Begitu juga dengan Ahok yang oleh masyarakat DKI dan sekitarnya mengakui keberadaanya. Jokowi sebelum menjadi presiden (saat menjadi gubernur) selalu blusukan ke gorong-gorong, pasar-pasar kumuh dan lain-lain yang dicap sebagai pencitraan. 

Masyarakat DKI sangat senang, waktu itu, karena dengan sopan dan lembut melakukan PeDeKaTe dengan masyarakat untuk mendengarkan keluh kesahnya. Sehingga dengan pencitraan tersebut, akan terukir didada masyarakat DKI dan masyarakat se Indonesia. Begitu ada gong untuk menjadi Jokowi menjadi presiden yang diangkat oleh Megawati, maka secara serentak dan tanpa komando masyarakat memilih Jokowi sebagai presiden RI sampai sekarang. Kemudian, dengan Ahok yang menjadi Gubernur transisi dari Jokowi pun demikian dari gubernur yang lembut berubah menjadi gubernur DKI yang kasar baik ucapanya ataupun tingkah, dan suka gonta-ganti kepala-kepala bagian, apabila kerjanya tidak becus, karena begini yah, seorang pedagang sistem kerjanya akan sangat berbeda dengan kerjaan di kantoran, mungkin pedagang adalah memburu target apabila diubah orang kantoran seperti pedagang tentu sangat capek, karena yang dikejar adalah untungnya saja. Begitu seterusnya sampai akhirnya akan diselenggarakanya pemilihan kepala daerah tanggal 15 Februari 2017,


Saya disini tidak akan menceritakan tentang Ahok karena berbagai kasus (menjalani siding-sidangnya tentang penistaan agama). Yang saya rasakan di pemerintahan Joko Widodo, adalah sepertinya beliau sangat berbeda dengan presiden-presiden sebelumnya, karena apa? Sepertinya dia tidak bisa bebas (tidak seperti presiden terdahulu). Apa dia kaget? Dari walikota-Gubernur kemudian Presiden sangat berbeda, merasa tidak aman dan sulit untuk memberikan keputusan. Contohnya saja tentang kasus penistaan agama yang dilakukan oleh tersangka Ahok (yang dulu partnernya sebagai wakil gubernur DKI Jakarta). Ini adalah unik dan aneh, walaupun umat Islam yang merasa dilecehkan telah melakukan aksi damai sudah berjalan yang beriringan jalanya sidang-sidang ahok tetapi tetap tenang, ayem dan tenteram. Malah saat ini sudah berbalik sedemikian rupa sampai kegaduhan ini tidak pernah habis-habisnya, hanya karena Ahok tersebut. Yang saya temui dan rasakan kemudian saya TERUSIK dengan kondisi saat ini adalah dimana masa pemerintahan ini sepertinya pembiaran-pembiaran yang telah berkembang dan tidak terkendali, seperti:
  • Kenaikan harga-harga dipasaran (cabepun mengalami kenaikan-kenaikan).
  • Kenaikan harga-harga bahan bakar (gas, premium dll).
  • Kenaikan tariff listrik, telepon, PDAM.
  • Melemahnya rupiah terhadap dollar (1 dollar = Rp.13.325)
  • Lesunya perekonomian (perusahaan besar hengkang dari Indonesia)
  • Maraknya pekerja-pekerja dari china dan bekerja di perusahaan-perusahaan
  • Maraknya dan munculnya bendera-bendera PKI
  • Tidak kondusif dan aman lagi kondisi dalam negeri
  • Adanya bebas visa
  • Membolehkan orang asing membeli tanah/rumah di Indonesia.
  • Membolehkan ormas asing tumbuh dan berkembang di tanah air

Dari kedelapan peristiwa dan fenomena itu, sepertinya pemerintahan sekarang ‘enggan’ dan tidak mau tahu, kenapa sampai hal seperti ini, sehingga saya TERUSIK untuk menuliskan artikel seperti ini. Ini menjadi pemikiran saya ini, yang lebih aneh lagi adalah ketika kasus penistaan agama juga beliau cuek dan ‘bukan urusan saya’, jadi urusan umat Islam seluruh Indonesia.  Kondisi ini semakin kondusif ditambah dengan akan adanya sertifikasi untuk para khotib, penda’wah, yang diidekan oleh Menteri Agama sendiri, wah kok menjadi sedemikian rupa sehingga saya menjadi pusing?. Pusingnya melihat kondisi saat sekarang ini

Sumber gambar

No comments:

Post a Comment

puisi tegalan